Pages

Friday, December 6, 2013

Jalan Jalan Menyusuri Abad ke 8 Masehi

Menurut sejarah, dahulu di wilayah Indonesia terdapat banyak kerajaan. Tak heran, di Indonesia banyak ditemukan situs-situs bangunan kuno peninggalan kerajaan maupun candi. Salah satu yang saya kunjungi dua minggu yang lalu adalah situs arkeologi berupa Keraton Kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8, yang dikenal dengan nama Keraton Ratu Boko. Peninggalan sejarah ini terletak dekat dengan candi Prambanan, tepatnya di Jalan Raya Prambanan - Piyungan KM. 2, Yogyakarta.


Dari prasasti yang dikeluakan oleh Rakai Panangkaran tahun 746-784 M, kawasan situs Ratu Boko disebut Abhayagiri Wihara yang berarti asrama para Bhiksu yang terletak di atas bukit penuh kedamaian. Sedangkan nama Ratu Boko berasal dari cerita rakyat.

Untuk masuk ke kawasan ini, pengunjung harus membeli tiket tanda masuk sebesar Rp 25.000,-/orang. Memasuki kawasan ini, saya serasa memasuki lorong waktu ke abad 8 Masehi. Dua buah pintu gapura besar yang terbuat dari batuan andesit menyambut kami. Gapura pertama memiliki tiga pintu, sedangkan gapura kedua memiliki lima pintu. Setelah melalui gapura ini, terdapat lapangan rumput yang sangat luas. Di dalam area ini, terdapat banyak bangunan-bangunan yang tersusun dari batuan berbentuk persegi, seperti candi pembakaran, kolam pemandian kuno, gua, pedopo dan sebagainya.

Gapura


Lapangan rumput

bangunan-bangunan di dalam kawasan Ratu Boko

pendopo

Panorama di kawasan ini juga sangat indah. Pengunjung dapat melihat pemandangan candi Prambanan dan gunung Merapi. Konon, pemandangan sunset di tempat ini disebut-sebut sebagai pemandangan sunset terindah se-Asia Tenggara. Namun, sayangnya saya tak sempat melihat keindahan sunset di tempat ini karena saya harus buru-buru pulang sebelum matahari terbenam.

Dari segi fasilitas, menurut saya kawasan ini sudah cukup memadai. Terdapat fasilitas toilet, mushola,papan petunjuk, dan penataan kawasan ini cukup baik. Disini juga terdapat sebuah restoran, dimana pengunjung dapat makan sambil melihat pemandangan yang indah.

Thursday, December 5, 2013

Indrayanti, Pantai Cantik di Gunung Kidul

Harta yang paling berharga adalah keluarga.
Istana yang paling indah adalah keluarga.
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga.
Mutiara tiada tara adalah keluarga.

                                     (OST. Keluarga Cemara)


Masih ingat petikan lirik lagu diatas? Lagu OST Keluarga Cemara menggambarkan betapa berharganya keluarga. Berkumpul bersama keluarga adalah hal terindah dan sangat menyenangkan bagi saya.

Alhamdulillah, dua minggu lalu saya masih diberi kesempatan berkumpul bersama keluarga dan piknik bersama. Tujuan piknik kami adalah ke pantai di Gunung Kidul, Yogyakarta.  Kami berangkat dari Surakarta sekitar pukul 8.30 pagi. Kami menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam menuju daerah Gunung Kidul. Perjalanan kami melalui jalan yang berkelok-kelok dan naik turun, ya namanya juga gunung. Ini cukup membuat saya merasa mual. Pukul 11.00 siang, kami pun tiba di kawasan pantai di Gunung Kidul. Kami menuju ke Pantai Indrayanti, salah satu dari puluhan pantai yang ada di Gunung Kidul. Ya, pantai di Gunung Kidul memang ada banyak sekali dan berjajar saling berdekatan, antar pantai dibatasi oleh bukit batu (karst).

Sampai di pantai Indrayanti, rasa mual ini seketika hilang karena melihat keindahan pantai Indrayanti. Hamparan pasir putih nan bersih sungguh mempesona. Konon, jika kita membuang sampah sembarangan di tempat ini akan didenda. Air lautnya juga sangat jernih. Saya pun tergoda untuk menceburkan diri ke dalam air. Namun, di pantai ini kita tidak dapat bermain terlalu jauh karena ombaknya sangat besar dan berbahaya.

Di sisi pantai ini terdapat bukit karst yang dapat kita daki. Ada tangga-tangga yang telah dibuat untuk memudahkan wisatawan naik ke atas bukit ini. Inilah spot yang baik untuk melihat view pantai Indrayanti dari atas. Meskipun cukup lelah mendaki, pemandangan dari atas bukit ini sungguh indah. Di atas bukit ini juga terdapat gazebo-gazebo untuk duduk-duduk dan menikmati pemandangan pantai.

Inilah beberapa foto yang saya ambil di pantai ini.

Saya, Ahtung dan Awa

Di tengah jernihnya pantai

Me and My Mom

Bukit Karst di Sisi Pantai

Suasana pantai dilihat dari atas bukit karst

Tak lama kami disana, pukul 12.30, kami pun kembali melanjutkan perjalanan kami selanjutnya. Alhamdulillah, ini adalah hari yang menakjubkan, menikmati pemandangan pantai yang indah bersama keluarga tercinta.

What a beautiful day!

Monday, September 16, 2013

Liburan Hemat ke Makassar (Bag. 5)

Agenda terakhir kami di Makassar adalah mengunjungi air terjun yang terletak di dalam kawasan wisata Bantimurung Bulusaraung, kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Taman nasional ini dijuluki sebagai kerajaaan kupu-kupu karena menurut Alfred Russel Wallace, di lokasi ini terdapat sekitar 250 spesies kupu-kupu. Namun sayangnya, kami tak melihat satupun kupu-kupu saat kami mengunjungi tempat ini.

Untuk masuk ke kawasan wisata ini, kami membayar tiket masuk sebesar Rp 20.000,-/orang. Meski cuaca di Makassar saat itu panas terik, kawasan ini terasa cukup sejuk karena banyak pepohonan. Usai sholat dzuhur, kami segera ganti baju dan menuju ke lokasi air terjun. sepanjang jalan menuju air terjun terdapat aliran sungai.


Sampai di tempat ini,kami kembali terpukau dengan keindahan air terjun Bantimurung. Air terjun ini tidak terlalu tinggi dan bentuknya agak landai. Aliran airnya sangat deras. Kami pun tidak sabar untuk segera menceburkan diri ke sungai dan menyegarkan diri di bawah air terjun.


Melangkahkan kaki di sungai ini ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Aliran air yang sangat deras dan batuan dasar sungai yang agak licin membuat kami sulit melangkah dan harus mempertahankan diri agar tidak terpeleset dan terbawa arus. Selangkah demi selangkah, kami pun sampai tepat dibawah air terjun. Kami duduk di bawah air terjun dan merasakan aliran air yang begitu deras jatuh bertubi-tubi di badan kami, rasanya seperti dipijit :). Air sungai ini terasa sangat dingin menyegarkan. Sungai di sekitar air terjun ini sangat dangkal, dasar sungai yang miring dan sangat landai dapat dimanfaatkan pengunjung untuk main perosotan. Caranya dengan membiarkan tubuh terdorong aliran air yang sangat deras atau bisa juga menggunakan ban yang disewakan di sekitar tempat ini.

Air Terjun Bantimurung
Disamping air terjun, terdapat sebuah tangga untuk menuju ke goa. Namun kami tak sempat mengunjungi goa tersebut. Kami hanya berjalan sebentar di jalan menuju arah gua yang terletak di tepi sungai yang tampak sangat tenang.

Air terjun Bantimurung dilihat dari sisi tangga

Jalan menuju goa

Bermain air di air terjun Bantimurung sangat menyenangkan. Sayangnya, disini tidak terdapat fasilitas penitipan barang bagi pengunjung dan kamar mandi bilasnya kurang nyaman. Saya berharap adanya perbaikan fasilitas di tempat ini agar dapat menarik lebih banyak pengunjung. Sayang sekali jika potensi wisata alam ini tidak dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung.

Inilah akhir perjalanan kami selama 2 hari 1 malam di Makassar. Sore itu kami segera menuju ke bandara untuk kembali ke Jakarta. Terimakasih untuk teman-teman yang membuat perjalanan ini menjadi sangat berkesan :)

(Selesai)

Tuesday, September 3, 2013

Liburan Hemat ke Makassar (Bag. 4)

Ini adalah hari kedua kami berada di Makassar. Rasanya belum sampai 3 jam kami memejamkan mata, kami harus bangun jam 3 pagi untuk sahur karena penginapan kami tidak menyediakan makanan untuk sahur. Dengan mata setengah mengantuk, kami pun berjalan keluar dari penginapan untuk mencari makanan. Kami berjalan menuju jalan ke arah pantai losari, tapi di sepanjang jalan yang kami temui adalah deretan pedagang pisang epe. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami menemukan deretan warung makan di seberang benteng rotterdam. Ternyata tempat ini cukup ramai dikunjungi ketika waktu sahur.

Agenda kami hari ini adalah mengunjungi kawasan Karst Rammang Rammang dan Air terjun Bantimurung. Untuk mengunjungi kedua tempat ini dan mengantarkan kami ke bandara nanti, kami menyewa sebuah mobil dengan harga sewa Rp 400.000,-. Sewa mobil ini kami dapatkan atas bantuan informasi dari resepsionis penginapan kami. Sesuai kesepakatan, hari ini kami akan dijemput jam 8 pagi di penginapan.

Usai sholat shubuh, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi pantai losari lagi. Meski matahari belum terbit, pantai ini sudah ramai dikunjungi orang. Banyak juga pedagang kaki lima yang bersiap membuka lapaknya di pinggir jalan. Di tepi pantai,terdapat dermaga tempat perahu-perahu berbentuk bebek bersandar. Kami pun mencoba naik perahu dengan harga Rp 10.000,-/orang.

Suasana pagi pantai Losari

Pukul 7 pagi, kami kembali ke penginapan dan siap-siap checkout dan menunggu mobil jemputan. Cuaca hari ini sangat cerah, dan kami berharap sepanjang hari ini akan tetap cerah. Pukul 8 pagi kami mulai perjalanan menuju tujuan pertama hari ini yaitu Rammang-Rammang. Menurut beberapa sumber di internet, kawasan karst rammang-rammang merupakan kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah China Selatan. Kawasan karst rammang-rammang, terletak di kabupaten Maros. Tapi menurut sopir yang mengantar kami, wilayah itu sudah masuk ke kabupaten Pangkep. Sekitar satu setengah jam perjalanan, kami sampai di tempat itu, dan ternyata sopir yang mengantar kami belum pernah  mengantar wisatawan ke sini. Setelah bertanya tanya dengan penduduk sekitar, kami diarahkan masuk ke sebuah jalan kecil. Sepanjang jalan, pemandangan indah terbentang dihadapan kami. Kombinasi sawah,padi-padi yang menguning, rawa serta gunung-gunung karst yang tinggi menjulang menyajikan panorama yang begitu menakjubkan. Sesekali kami melewati rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah panggung. Sebagian jalan rusak, dan semakin masuk ke dalam kerusakan jalan semakin parah. Hampir setengah jam kami melewati jalan kecil tersebut, tetapi belum ada tanda-tanda keberadaan sungai seperti yang kami lihat di beberapa artikel di internet. Kami hampir putus asa dan mengira kami salah jalan. Hingga kami tiba di tempat dimana jalan sudah tidak mungkin dilalui mobil lagi karena rusak parah. Kami pun turun dari mobil dan bertanya ke warga setempat. Menurut  seorang warga yang kami temui, kami masih harus berjalan sekitar satu kilometer dari tempat itu sampai ke jembatan rammang-rammang. Namun, kami harus berjalan kaki karena sejak hujan kemarin, jalan tanah tersebut tidak menjadi berlumpur dan tidak mungkin dilalui mobil. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang becek di bawah sinar matahari yang cukup terik. Namun kami tidak merasa lelah karena pemandangan alam yang indah. Setelah kurang lebih 15 menit berjalan, sampailah kami di sebuah sungai dan diatasnya terdapat jembatan bambu yang disebut jembatan rammang-rammang. Kami pun bertanya lagi ke warga setempat bagaimana cara menyewa kapal untuk menyusuri sungai tersebut. Menurut warga tersebut, biasanya wisatawan menyewa kapal dari dermaga yang letaknya dekat jalan besar. Itu artinya, seharusnya kami tidak perlu bersusah payah masuk ke jalan kecil yang rusak ini. Namun, kami justru senang karena nyasar ini, kalau lurus-lurus aja kan nggak seru ceritanya. Hehe. Kami pun segera kembali ke mobil dan kembali ke jalan yang benar eh jalan besar maksudnya.

Tidak jauh dari tempat kami masuk tadi, terdapat sebuah jembatan dan dibawah jembatan itulah dermaga rammang-rammang berada. Dermaga itu sangat sederhana, beberapa kapal bersandar disana. Menurut warga setempat, tempat ini memang belum mendapat perhatian dari pemda. Padahal, menurut informasi, di sana terdapat situ situs purbakala dan memiliki potensi pariwisata. Kami pun bertemu salah satu pemilik kapal dan menyewa kapal untuk mengantar kami menyusuri sungai dengan harga Rp 250.000,-.

Perjalanan menyusuri rammang rammang
Perjalanan menyusuri sungai dari dermaga hingga desa yang terletak paling dalam di rammang-rammang ditempuh dalam waktu setengah jam. Kami menyusuri sungai yang di sisi kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon nipah. Beberapa rumah warga tampak mengapung di pinggiran sungai dengan perahu-perahu kecil bersandar di sekitar rumah. Memang, perahu merupakan satu-satunya alat transportasi warga di daerah ini untuk menuju ke jalan raya.Tak jarang kami temui ibu-ibu yang baru pulang berbelanja di pasar dengan mendayung kapalnya sendiri, mereka begitu ramah tersenyum pada kami saat kapal kami berpapasan. Wow, berani sekali ibu-ibu ini, pikiran saya mulai memikirkan hal yang tidak-tidak, bagaimana kalau di tengah jalan tiba tiba bertemu buaya, atau kapalnya menabrak batuan karst, atau..ah sudahlah, back to the topic. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya kami disuguhi keasrian dan keindahan panorama alam gunung-gunung karst disisi kanan kiri dan rimbunnya pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang sungai. Di beberapa bagian sungai, batuan karst di sisi kanan dan kiri hampir bersentuhan sehingga membentuk semacam terowongan. Perjalanan kami berakhir di sebuah desa yang terletak paling dalam di sisi sungai itu. Desa tersebut letaknya dikelilingi gunung-gunung karst yang berdiri kokoh. Terdapat beberapa rumah yang tampak disana, di sekitar rumah terdapat, rawa-rawa, sawah dan hewan ternak milik warga. Kami turun dari kapal dan singgah di desa tersebut untuk berfoto-foto sekitar 30 menit. Kami benar-benar dibuat terpukau dengan apa yang ada di depan mata kami.

Pemandangan kawasan karst rammang rammang

Rasanya kami masih ingin lebih lama lagi bermain di desa tersebut, tetapi hari sudah siang dan kami masih punya satu agenda lagi, yaitu mengunjungi air terjun Bantimurung. Kami pun kembali naik kapal dan kembali ke dermaga. Perjalanan ini benar-benar membuat kami mengingat kebesaran Allah SWT dan bersyukur atas keindahan alam ciptaan-Nya.

(Bersambung...)

Friday, August 9, 2013

Liburan Hemat ke Makassar (Bag. 3)

Rasanya tidak lengkap jika jalan-jalan ke Makassar tanpa mencicipi kuliner khas Makassar. Usai sholat maghrib, kami melanjutkan jalan-jalan di sekitar pantai losari untuk berwisata kuliner. Di malam hari, kawasan pantai losari lebih ramai daripada waktu siang tadi. Kami pun menuju ke sebuah jalan bertuliskan Kawasan Kuliner Makassar yang berada tepat di seberang anjungan pantai losari. Di sepanjang jalan itu, terdapat banyak warung yang menjajakan kuliner khas Makassar. Salah satunya adalah Pallu Basa, yaitu makanan berkuah  gelap kehitaman berisi jeroan sapi. Kuah pallu basa agak kental karena menggunakan kepala parut sangrai yang dihaluskan. Makanan ini disajikan dengan nasi.

Kawasan Kuliner Makassar
Usai menikmati Pallu Basa, kami kembali berjalan kaki dan singgah di sebuah warung Mie Titi. Karena masih kenyang, kami hanya memesan 2 porsi untuk 4 orang. Mie titi yaitu mie kering yang disiram dengan kuah kental dicampur sayur dan daging ayam. Rasanya sangat lezat. Kuliner ini wajib dicoba jika Anda berkunjung ke Makassar.

Di sepanjang trotoar jalan pantai losari, terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan pedagang kaki lima yang menjual pisang epe, salah satu kuliner khas Makassar. Ini adalah pisang yang dibakar, berbentuk pipih kemudian diatasnya diberi topping aneka rasa. Kami pun tergoda untuk mencobanya. Kami memesan tiga porsi pisang epe dengan toping yang berbeda-beda, yaitu coklat, keju dan durian. Menikmati malam minggu bersama teman-teman sambil makan pisang epe yang lezat sangat menyenangkan.

Tak terasa, hari sudah agak larut malam. Kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat agar esok dapat melanjutkan perjalanan kembali.

Pisang Epe (atas) dan Mie Titi (bawah)

(Bersambung...)

Monday, August 5, 2013

Liburan Hemat ke Makassar (Bag. 2)

Pukul 1 siang, kami siap memulai petualangan kami di Kota Makassar. Pada hari pertama, tujuan kami adalah jalan-jalan ke Benteng Fort Rotterdam, Pantai Losari dan Masjid terapung. Ketiga tempat itu terletak berdekatan sehingga dapat dijangkau dengan jalan kaki. Letaknya juga tak jauh dari penginapan kami.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah benteng Fort Rotterdam, yaitu sebuah benteng peninggalan kerajaan Gowa Tallo. Benteng ini terletak di seberang pantai. Tidak ada tiket masuk disini, tetapi kami diminta sumbangan seikhlasnya. Di depan benteng terdapat taman dan huruf-huruf besar dengan tulisan FORT ROTTERDAM. Sayangnya, taman di depan benteng ini kurang terawat. Bangunan benteng ini terlihat megah, sebagian besar bangunan ini masih utuh. Di dalam bangunan ini juga terdapat museum. Selain itu, disini juga terdapat bekas ruang tahanan Pangeran Diponegoro dan sebuah kanal.

Di depan Benteng Rotterdam

Bangunan Benteng Rotterdam
Usai mengunjungi benteng Fort Rotterdam, kami berjalan menuju ke pusat oleh-oleh di jalan Somba Opu. Pertokoan di sepanjang jalan ini didominasi toko perhiasan emas dan toko oleh-oleh. Kami mampir ke sebuah toko oleh-oleh yang bernama toko 'Keradjinan'. Disini, kami dapat membeli berbagai oleh-oleh seperti kopi khas toraja, kaos, barang-barang kerajinan, coklat mede, dan berbagai oleh-oleh khas Makassar lainnya.

Jalan Somba Opu

Setelah puas berbelanja oleh-oleh, kami melanjutkan perjalanan ke pantai losari. Kami berjalan kaki menuju anjungan pantai losari yang merupakan ikon dari kota Makassar. Sepertinya tempat ini adalah destinasi yang wajib dikunjungi bagi wisatawan yang berkunjung ke kota Makassar. Namun, tiba-tiba cuaca mendung dan mulai gerimis sehingga kami tidak dapat berlama-lama menikmati pemandangan disana. Kami mencari tempat berteduh karena hujan semakin deras. Satu hal yang agak kurang menyenangkan disini adalah banyak anak-anak kecil yang meminta uang pada pengunjung dengan memaksa dan terus mengikuti kami sebelum kami memberi uang.

Anjungan Pantai Losari
Di dekat anjungan pantai losari, terdapat masjid terapung dengan nama Masjid Amirul Mukminin. Konon, masjid ini adalah masjid terapung pertama di Indonesia. Masjid ini diresmikan pada akhir tahun 2012 lalu. Kami singgah ke masjid ini untuk menunaikan sholat ashar sekaligus menunggu hujan reda. Masjid ini terdiri dari tiga lantai. Lantai dua bangunan masjid ini khusus digunakan untuk jamaah wanita. Untuk menuju lantai dua dan tiga, pengunjung dapat melalui tangga yang berbentuk melingkar di samping kiri dan kanan masjid. Hujan deras yang mengguyur kota Makassar sore itu membuat tangga menuju lantai dua dan tiga menjadi basah dan agak licin.

Masjid Amirul Mukminin Makassar
Hingga tiba waktu sholat maghrib, hujan belum juga reda. Sayang sekali, kami tidak dapat menikmati keindahan sunset di pantai losari karena hujan. Sebelum sholat maghrib, petugas masjid membagikan takjil kepada seluruh jamah yang berada di dalam masjid. Kami pun menyantap takjil yang dibagikan untuk berbuka puasa. Alhamdulillah, usai sholat maghrib, hujan pun reda. Kami pun melanjutkan agenda berikutnya yaitu wisata kuliner.

(Bersambung...)

Friday, August 2, 2013

Liburan Hemat Ke Makassar (Bag. 1)

Berawal dari tiket promo Air Asia Jakarta - Makassar, saya dan ketiga sahabat saya semasa SMA tertarik untuk jalan-jalan ke Makassar. Sebenarnya kami sudah lebih dari 5 tahun jarang bertemu, karena selepas SMA di Kota Pekalongan, kami melanjutkan kuliah di kota-kota yang berbeda. Namun, tak disangka, setelah lulus dan bekerja, kami justru dipertemukan lagi di satu kota, Jakarta.

Meskipun sedang menjalankan ibadah puasa, kami tetap semangat untuk jalan-jalan. Hari Sabtu pagi, usai sahur, kami berangkat menuju terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Jadwal penerbangan kami adalah pukul 06.40 WIB dan sampai di Makassar pukul 10.05 WITA. Untuk tiket pesawat pulang-pergi, kami cukup membayar Rp 308.000,--/orang. 

Sampai di Bandara Sultan Hasanuddin, kami segera menuju ke kota Makassar dengan menggunakan bus Damri. Bus Damri disini ukurannya lebih kecil dibanding bus Damri yang ada di bandara Soekarno Hatta. Tarifnya Rp 25.000,-/orang. Tujuan pertama kami adalah mencari penginapan di jalan Jampea. Setelah bertanya ke petugas, kami pun disarankan untuk turun di halte RRI, tempat pemberhentian terakhir bus ini. Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami pun sampai di halte terakhir.

Bus Damri di Bandara Sultan Hasanuddin
Dari halte tersebut, kami berjalan menuju jalan Jampea yang tak jauh dari tempat itu. Di jalan ini, terdapat banyak hotel. Berdasarkan rekomendasi para backpacker di internet, akhirnya kami memilih hotel dengan tarif murah yaitu New Legend Hostel. Tepat pukul 12 siang, kami tiba di hotel tersebut dan menyewa dua kamar dengan tarif Rp 135.000,-/kamar/malam dengan fasilitas AC dan televisi.

Tampak depan New Legend Hostel
Tampak dalam kamar hostel
Setelah 1 jam beristirahat di hotel, kami pun mulai agenda pertama, yaitu mengunjungi benteng Fort Rotterdam, Pantai Losari dan Masjid Terapung. Untuk mengunjungi tiga tempat ini, kami tidak memerlukan alat transportasi karena tempat-tempat tersebut terletak dekat dengan hotel dan bisa dijangkau dengan jalan kaki.

(Bersambung ke Bag. 2)

Monday, July 15, 2013

Pantai Tanjung Kasuari, Destinasi Wisata di Kota Sorong

Pantai Tanjung Kasuari, merupakan salah satu destinasi wisata di kota Sorong. Pantai ini terletak agak jauh dari pusat kota, sekitar 1 jam perjalanan. Sampai di lokasi ,ternyata ada banyak pintu masuk untuk menuju pantai ini dengan nama pantai yang berbeda-beda. Namun, secara umum pantai ini dikenal dengan nama pantai tanjung Kasuari.

Jalan menuju pantai Tanjung Kasuari
Tepi pantai Tanjung Kasuari

Pantai ini cukup ramai dikunjungi pada hari libur. Pantainya berpasir putih dan cukup bersih. Pengunjung dapat bersantai di pinggir pantai sambil menikmati air kelapa yang banyak dijual di pinggir pantai. Tak hanya itu saja, jika air sedang pasang, pengunjung dapat mengelilingi pantai dengan perahu-perahu kecil yang berada ditepi pantai. Sayangnya, saat itu tak sempat naik perahu karena hari sudah sangat siang. Di tepi pantai banyak warga yang menyewakan ban dengan berbagai ukuran untuk berenang.

Menikmati minuman kelapa muda di tepi pantai

Berenang di pantai Tanjung Kasuari
Melihat banyak anak-anak yang asyik berenang, saya pun tergoda untuk ikutan berenang juga. Padahal, saat itu saya tidak membawa baju ganti. Setelah menyewa ban seharga 15ribu, saya pun menceburkan diri ke laut. Ternyata pantai ini sangat landai, sehingga saya perlu berjalan agak jauh ke tengah untuk mendapatkan kedalaman yang pas untuk berenang. Air nya yang jernih membuat saya dapat melihat dengan jelas dasar pantai yang ditumbuhi oleh berbagai jenis rumput. Di tengah teriknya matahari kota Sorong, berenang di pantai ini terasa sangat menyegarkan badan.

Friday, July 12, 2013

Orange Coconut Milk

Marhaban ya Ramadhan...
Alhamdulillah sudah masuk bulan ramadhan lagi, kali ini saya ingin membagi kreasi takjil dengan bahan yang sederhana dan mudah didapat.

Bahan:
- Buah jeruk
- Nata de Coco
- Susu kental manis
- Sirup marjan
- Air dan es batu

Cara membuat:
- Potong-potong buah jeruk


- Tambahkan sirup marjan dan susu kental manis secukupnya


- Tambahkan nata de coco


- Tambahkan air dan es batu


- Orange coconut milk siap dihidangkan


Selamat mencoba.

Thursday, July 4, 2013

Indahnya Pantai Waiwo Raja Ampat

Satu malam di Raja Ampat, memang tak cukup untuk menikmati seluruh keindahan alam di kepulauan itu. Meski begitu, tak menyurutkan keinginan saya untuk snorkeling, menikmati keindahan terumbu karang yang beraneka ragam. Oleh karena itu, saya pun memilih tempat snorkeling yang letaknya tidak jauh dari kota Waisai, yaitu pantai Waiwo.

Pantai Waiwo terletak sekitar setengah jam perjalanan dengan kendaraan dari Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat. Jalan menuju ke pantai ini merupakan jalan aspal dengan kondisi jalan berkelok kelok dan naik turun. Di kanan kirinya terdapat hutan yang sangat lebat.

Pantai waiwo terletak di dalam kawasan resort, yaitu Waiwo Dive Resort. Sepertinya resort ini sengaja dibangun dengan mempertahankan kealamian hutan di kawasan ini. Dari tepi jalan, pantai dan resort ini tidak terlihat, karena tertutup oleh rimbunnya pepohonan. Hanya sebuah pintu kecil dengan papan petunjuk yang menunjukkan keberadaan resort ini. Setelah masuk melalui jalan kecil, barulah saya melihat ternyata di balik rimbunnya pepohonan itu terdapat pantai yang indah dengan pasir putih.
Suasana Tepi Pantai Waiwo
Pantai Waiwo berpasir putih


Jalan menuju pantai
Di tepi pantai, sebuah rumah kayu bertuliskan Waiwo Dive Site, yang terletak di dekat dermaga merupakan tempat untuk menyewa peralatan snorkeling/diving yang melayani tamu resort maupun pengunjung lain yang tidak menginap di resort tersebut. Saya pun menyewa satu set alat snorkeling seharga 50 ribu/set yang dapat digunakan selama maksimal 6 jam. Selain itu, juga terdapat guide untuk mendampingi tamu yang akan melakukan diving/snorkeling. Namun, karena saat itu guide nya sedang sibuk  menyiapkan peralatan diving untuk bule2, jadilah saya snorkeling tanpa ditemani guide. Awalnya saya agak ragu, karena saya nggak bisa berenang, tapi guide meyakinkan saya bahwa pantai ini aman, ombaknya cukup tenang dengan kedalaman 3 hingga 5 meter. Akhirnya saya pun memberanikan diri.

Tak perlu menyewa kapal, karena disini kegiatan snorkeling dapat dilakukan di sekitar pantai. Saya tinggal berjalan menyusuri dermaga, dan ketika sampai di ujung dermaga....byuuur...saya pun mulai berenang dan woow...airnya sangat jernih dan saya dapat melihat ratusan ikan warna warni yang berenang di sekitar terumbu karang. Tak terasa, sudah 2 jam lebih saya berenang tetapi rasanya berat untuk meninggalkan pantai itu. Saya masih ingin bermain-main dengan ikan-ikan kecil itu.


Menyusuri dermaga pantai waiwo
Snorkeling


Di ujung dermaga pantai waiwo

pantai yang jernih

Dengan berat hati, saya pun meninggalkan pantai ini karena harus segera bersiap-siap agar tidak ketinggalan kapal yang akan membawa saya kembali ke Sorong. Meskipun hanya semalam, saya senang bisa menikmati sebagian kecil keindahan taman laut di Raja Ampat. Selamat tinggal Raja Ampat, semoga lain kali bisa kesana lagi dan mengunjungi lebih banyak lagi tempat-tempat yang indah dan mengagumkan. Bye bye ikan-ikan kecil... :)




Sunday, February 10, 2013

Suka Duka Merantau ke Ibukota

Perjalanan ini dimulai pada akhir 2007, saat saya diterima di salah satu perguruan tinggi kedinasan di Jakarta. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, merantau seorang diri di ibukota. Tidak terasa, kini sudah lebih dari 5 tahun tinggal di kota ini. 

Tinggal jauh dari orang tua memang tidak mudah awalnya. Disini, saya belajar banyak hal, seperti belajar mandiri. Di Jakarta, saya tinggal di sebuah rumah kost. Saya harus mengerjakan berbagai hal seperti mencuci, menyetrika, dan membersihkan kamar sendiri. Jujur saya, sejak kecil hingga lulus SMA, saya tidak terbiasa mencuci baju sendiri. Disinilah saya mulai belajar mandiri. Selain itu, saya juga harus bisa mengatur keuangan. Saya belajar menggunakan uang dengan hemat dan cermat agar tidak terlalu merepotkan orang tua. 

Cerita perantauan di Jakarta ini mungkin tidak semenarik jika saya merantau ke daerah terpencil. Disini segala fasilitas tersedia dan mudah dijangkau. Disini pula saya betul-betul menyadari bahwa Indonesia itu nggak cuma pulau Jawa. Saya bertemu teman-teman dari seluruh daerah di Indonesia dan mengenal berbagai budaya dan bahasa. Itu benar-benar menyenangkan. Meskipun jauh dari orang tua dan keluarga, saya bersyukur bisa menemukan ‘keluarga’ baru disini, mereka adalah sahabat, teman-teman kost, ibu kost dan keluarga, dan rekan kerja. 

Saya dan teman-teman Kost
Dibalik hal-hal menyenangkan itu, ada pula hal yang paling nggak enak yaitu saat saya sakit. Kalau di rumah, saya bisa istirahat dengan tenang, makanan sudah tersedia. Disini, meskipun dalam keadaan sakit, demam, pusing, saya harus memaksakan diri untuk berjalan keluar kost untuk membeli makanan, kalau tidak, bisa-bisa rasa sakitnya tambah parah. 

Usai menyelesaikan kuliah, saya ditempatkan bekerja di Jakarta. Sepertinya saya masih harus lebih lama lagi tinggal disini. Saat itulah saya mulai merasakan kemacetan dan banjir yang dulu hanya lihat di televisi. Perjalanan pergi dan pulang kantor selalu bertemu dengan kemacetan. Inilah yang membuat kurang nyaman tinggal disini. Semoga suatu saat nanti saya bisa tinggal di tempat yang lebih nyaman, tanpa macet dan banjir. Atau menunggu sampai Jakarta bebas macet dan banjir?

Friday, January 25, 2013

Merasakan Banjir Jakarta 2013

17 Januari 2013, menjadi salah satu yang berkesan buat saya. Hari itu, saya sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya karena hujan mengguyur Jakarta semalaman. Sudah pasti, Jakarta dan hujan akan berbuah kemacetan, begitu menurut pengalaman saya. Sekitar jam 6 pagi, saya keluar dari kost, saat itu masih hujan deras. Cukup lama saya menunggu bus transjakarta.

Pukul 06.52 WIB, saya melintasi jalan jatinegara barat, jalanan tergenang banjir. Ini penampakan kondisi saat itu.

Ini foto dari dalam busway, bukan waterway :p
Sampai di halte Budi Utomo, banjir sudah menggenangi jalan gunung sahari. Di tengah guyuran hujan deras, saya menyusuri trotoar, sampai di depan kantor, banjir sudah sampai trotoar, akhirnya saya terpaksa merelakan setengah celana basah karena banjir-banjiran dan jaket basah karena hujan deras. Sepertinya ini adalah pengalaman menuju kantor yang penuh perjuangan :D.

Ini kondisi di depan kantor, pukul 14.32 WIB, masih tergenang banjir, meskipun sudah agak surut daripada waktu pagi hari.

Ini di depan kantor, bukan di pinggir kali.

Akhirnya, hari itu ditutup dengan pulang naik angkot 01 yang masih bersedia mengangkut penumpang meskipun jalanan tergenang banjir. Thanks to sopir angkot, kalo nggak, bingung kan gimana caranya pulang karena seluruh koridor busway sudah ditutup sejak jam 9 pagi.

Selama 5 tahun tinggal di Jakarta, baru kali ini benar2 merasakan banjirnya Jakarta. Benar-benar hari yang kacau...

Wednesday, January 2, 2013

Perjalanan dengan KA Menoreh

Beberapa hari yang lalu saat kembali ke Jakarta usai libur tahun baru, saya mencoba naik kereta api ekonomi AC Menoreh. Kereta api ini melayani rute Semarang – Jakarta (Pasar Senen). Meskipun kelas ekonomi, kenyamanannya tidak kalah dengan kereta api kelas bisnis.

Setiap gerbong kereta dilengkapi dengan AC sehingga lebih nyaman. Bangku kereta didesain berhadap-hadapan dengan dengan formasi 2-2 sehingga lebih luas dari tempat duduk kereta kelas ekonomi. Di setiap gerbang dilengkapi dua buah monitor, di bag depan dan belakang, yang berisi informasi tentang stasiun yang sedang dilalui ataupun disinggahi. Selain itu, kondisi di dalam cukup bersih. Gerbong kereta, tempat duduk, dan interiornya terlihat masih baru. Sepanjang perjalanan, hanya sedikit pedagang asongan yang masuk. Itupun saat berhenti di stasiun. 

Tampak dalam Ka Menoreh
(Sumber gambar : http://twicsy.com/i/RRMybc)
Dalam setahun terakhir ini, memang terlihat perubahan besar di dunia perkeretaapian di Indonesia. Kini, tiket kereta bisa dibeli secara online sehingga calon penumpang tidak perlu mengahbiskan waktu untuk mengantri di loket. Selain itu, sistem check in yang diberlakukan sebelum masuk stasiun juga dapat meminimalisir keberadaan calo. Ketidaknyamanan akibat banyaknya pedagang asongan yang berjualan di dalam kereta juga perlahan sudah berkurang. 

Sebagai pengguna kereta api, saya berharap di masa depan PT KAI dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para penumpang kereta.

Tuesday, January 1, 2013

Selamat Tahun Baru 2013


Semoga tahun ini lebih baik baik dari tahun sebelumnya dan bisa mewujudkan mimpi dan harapan.