Pages

Friday, August 9, 2013

Liburan Hemat ke Makassar (Bag. 3)

Rasanya tidak lengkap jika jalan-jalan ke Makassar tanpa mencicipi kuliner khas Makassar. Usai sholat maghrib, kami melanjutkan jalan-jalan di sekitar pantai losari untuk berwisata kuliner. Di malam hari, kawasan pantai losari lebih ramai daripada waktu siang tadi. Kami pun menuju ke sebuah jalan bertuliskan Kawasan Kuliner Makassar yang berada tepat di seberang anjungan pantai losari. Di sepanjang jalan itu, terdapat banyak warung yang menjajakan kuliner khas Makassar. Salah satunya adalah Pallu Basa, yaitu makanan berkuah  gelap kehitaman berisi jeroan sapi. Kuah pallu basa agak kental karena menggunakan kepala parut sangrai yang dihaluskan. Makanan ini disajikan dengan nasi.

Kawasan Kuliner Makassar
Usai menikmati Pallu Basa, kami kembali berjalan kaki dan singgah di sebuah warung Mie Titi. Karena masih kenyang, kami hanya memesan 2 porsi untuk 4 orang. Mie titi yaitu mie kering yang disiram dengan kuah kental dicampur sayur dan daging ayam. Rasanya sangat lezat. Kuliner ini wajib dicoba jika Anda berkunjung ke Makassar.

Di sepanjang trotoar jalan pantai losari, terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan pedagang kaki lima yang menjual pisang epe, salah satu kuliner khas Makassar. Ini adalah pisang yang dibakar, berbentuk pipih kemudian diatasnya diberi topping aneka rasa. Kami pun tergoda untuk mencobanya. Kami memesan tiga porsi pisang epe dengan toping yang berbeda-beda, yaitu coklat, keju dan durian. Menikmati malam minggu bersama teman-teman sambil makan pisang epe yang lezat sangat menyenangkan.

Tak terasa, hari sudah agak larut malam. Kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat agar esok dapat melanjutkan perjalanan kembali.

Pisang Epe (atas) dan Mie Titi (bawah)

(Bersambung...)

Monday, August 5, 2013

Liburan Hemat ke Makassar (Bag. 2)

Pukul 1 siang, kami siap memulai petualangan kami di Kota Makassar. Pada hari pertama, tujuan kami adalah jalan-jalan ke Benteng Fort Rotterdam, Pantai Losari dan Masjid terapung. Ketiga tempat itu terletak berdekatan sehingga dapat dijangkau dengan jalan kaki. Letaknya juga tak jauh dari penginapan kami.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah benteng Fort Rotterdam, yaitu sebuah benteng peninggalan kerajaan Gowa Tallo. Benteng ini terletak di seberang pantai. Tidak ada tiket masuk disini, tetapi kami diminta sumbangan seikhlasnya. Di depan benteng terdapat taman dan huruf-huruf besar dengan tulisan FORT ROTTERDAM. Sayangnya, taman di depan benteng ini kurang terawat. Bangunan benteng ini terlihat megah, sebagian besar bangunan ini masih utuh. Di dalam bangunan ini juga terdapat museum. Selain itu, disini juga terdapat bekas ruang tahanan Pangeran Diponegoro dan sebuah kanal.

Di depan Benteng Rotterdam

Bangunan Benteng Rotterdam
Usai mengunjungi benteng Fort Rotterdam, kami berjalan menuju ke pusat oleh-oleh di jalan Somba Opu. Pertokoan di sepanjang jalan ini didominasi toko perhiasan emas dan toko oleh-oleh. Kami mampir ke sebuah toko oleh-oleh yang bernama toko 'Keradjinan'. Disini, kami dapat membeli berbagai oleh-oleh seperti kopi khas toraja, kaos, barang-barang kerajinan, coklat mede, dan berbagai oleh-oleh khas Makassar lainnya.

Jalan Somba Opu

Setelah puas berbelanja oleh-oleh, kami melanjutkan perjalanan ke pantai losari. Kami berjalan kaki menuju anjungan pantai losari yang merupakan ikon dari kota Makassar. Sepertinya tempat ini adalah destinasi yang wajib dikunjungi bagi wisatawan yang berkunjung ke kota Makassar. Namun, tiba-tiba cuaca mendung dan mulai gerimis sehingga kami tidak dapat berlama-lama menikmati pemandangan disana. Kami mencari tempat berteduh karena hujan semakin deras. Satu hal yang agak kurang menyenangkan disini adalah banyak anak-anak kecil yang meminta uang pada pengunjung dengan memaksa dan terus mengikuti kami sebelum kami memberi uang.

Anjungan Pantai Losari
Di dekat anjungan pantai losari, terdapat masjid terapung dengan nama Masjid Amirul Mukminin. Konon, masjid ini adalah masjid terapung pertama di Indonesia. Masjid ini diresmikan pada akhir tahun 2012 lalu. Kami singgah ke masjid ini untuk menunaikan sholat ashar sekaligus menunggu hujan reda. Masjid ini terdiri dari tiga lantai. Lantai dua bangunan masjid ini khusus digunakan untuk jamaah wanita. Untuk menuju lantai dua dan tiga, pengunjung dapat melalui tangga yang berbentuk melingkar di samping kiri dan kanan masjid. Hujan deras yang mengguyur kota Makassar sore itu membuat tangga menuju lantai dua dan tiga menjadi basah dan agak licin.

Masjid Amirul Mukminin Makassar
Hingga tiba waktu sholat maghrib, hujan belum juga reda. Sayang sekali, kami tidak dapat menikmati keindahan sunset di pantai losari karena hujan. Sebelum sholat maghrib, petugas masjid membagikan takjil kepada seluruh jamah yang berada di dalam masjid. Kami pun menyantap takjil yang dibagikan untuk berbuka puasa. Alhamdulillah, usai sholat maghrib, hujan pun reda. Kami pun melanjutkan agenda berikutnya yaitu wisata kuliner.

(Bersambung...)

Friday, August 2, 2013

Liburan Hemat Ke Makassar (Bag. 1)

Berawal dari tiket promo Air Asia Jakarta - Makassar, saya dan ketiga sahabat saya semasa SMA tertarik untuk jalan-jalan ke Makassar. Sebenarnya kami sudah lebih dari 5 tahun jarang bertemu, karena selepas SMA di Kota Pekalongan, kami melanjutkan kuliah di kota-kota yang berbeda. Namun, tak disangka, setelah lulus dan bekerja, kami justru dipertemukan lagi di satu kota, Jakarta.

Meskipun sedang menjalankan ibadah puasa, kami tetap semangat untuk jalan-jalan. Hari Sabtu pagi, usai sahur, kami berangkat menuju terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Jadwal penerbangan kami adalah pukul 06.40 WIB dan sampai di Makassar pukul 10.05 WITA. Untuk tiket pesawat pulang-pergi, kami cukup membayar Rp 308.000,--/orang. 

Sampai di Bandara Sultan Hasanuddin, kami segera menuju ke kota Makassar dengan menggunakan bus Damri. Bus Damri disini ukurannya lebih kecil dibanding bus Damri yang ada di bandara Soekarno Hatta. Tarifnya Rp 25.000,-/orang. Tujuan pertama kami adalah mencari penginapan di jalan Jampea. Setelah bertanya ke petugas, kami pun disarankan untuk turun di halte RRI, tempat pemberhentian terakhir bus ini. Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami pun sampai di halte terakhir.

Bus Damri di Bandara Sultan Hasanuddin
Dari halte tersebut, kami berjalan menuju jalan Jampea yang tak jauh dari tempat itu. Di jalan ini, terdapat banyak hotel. Berdasarkan rekomendasi para backpacker di internet, akhirnya kami memilih hotel dengan tarif murah yaitu New Legend Hostel. Tepat pukul 12 siang, kami tiba di hotel tersebut dan menyewa dua kamar dengan tarif Rp 135.000,-/kamar/malam dengan fasilitas AC dan televisi.

Tampak depan New Legend Hostel
Tampak dalam kamar hostel
Setelah 1 jam beristirahat di hotel, kami pun mulai agenda pertama, yaitu mengunjungi benteng Fort Rotterdam, Pantai Losari dan Masjid Terapung. Untuk mengunjungi tiga tempat ini, kami tidak memerlukan alat transportasi karena tempat-tempat tersebut terletak dekat dengan hotel dan bisa dijangkau dengan jalan kaki.

(Bersambung ke Bag. 2)