Pages

Sunday, February 10, 2013

Suka Duka Merantau ke Ibukota

Perjalanan ini dimulai pada akhir 2007, saat saya diterima di salah satu perguruan tinggi kedinasan di Jakarta. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, merantau seorang diri di ibukota. Tidak terasa, kini sudah lebih dari 5 tahun tinggal di kota ini. 

Tinggal jauh dari orang tua memang tidak mudah awalnya. Disini, saya belajar banyak hal, seperti belajar mandiri. Di Jakarta, saya tinggal di sebuah rumah kost. Saya harus mengerjakan berbagai hal seperti mencuci, menyetrika, dan membersihkan kamar sendiri. Jujur saya, sejak kecil hingga lulus SMA, saya tidak terbiasa mencuci baju sendiri. Disinilah saya mulai belajar mandiri. Selain itu, saya juga harus bisa mengatur keuangan. Saya belajar menggunakan uang dengan hemat dan cermat agar tidak terlalu merepotkan orang tua. 

Cerita perantauan di Jakarta ini mungkin tidak semenarik jika saya merantau ke daerah terpencil. Disini segala fasilitas tersedia dan mudah dijangkau. Disini pula saya betul-betul menyadari bahwa Indonesia itu nggak cuma pulau Jawa. Saya bertemu teman-teman dari seluruh daerah di Indonesia dan mengenal berbagai budaya dan bahasa. Itu benar-benar menyenangkan. Meskipun jauh dari orang tua dan keluarga, saya bersyukur bisa menemukan ‘keluarga’ baru disini, mereka adalah sahabat, teman-teman kost, ibu kost dan keluarga, dan rekan kerja. 

Saya dan teman-teman Kost
Dibalik hal-hal menyenangkan itu, ada pula hal yang paling nggak enak yaitu saat saya sakit. Kalau di rumah, saya bisa istirahat dengan tenang, makanan sudah tersedia. Disini, meskipun dalam keadaan sakit, demam, pusing, saya harus memaksakan diri untuk berjalan keluar kost untuk membeli makanan, kalau tidak, bisa-bisa rasa sakitnya tambah parah. 

Usai menyelesaikan kuliah, saya ditempatkan bekerja di Jakarta. Sepertinya saya masih harus lebih lama lagi tinggal disini. Saat itulah saya mulai merasakan kemacetan dan banjir yang dulu hanya lihat di televisi. Perjalanan pergi dan pulang kantor selalu bertemu dengan kemacetan. Inilah yang membuat kurang nyaman tinggal disini. Semoga suatu saat nanti saya bisa tinggal di tempat yang lebih nyaman, tanpa macet dan banjir. Atau menunggu sampai Jakarta bebas macet dan banjir?