Pages

Tuesday, September 3, 2013

Liburan Hemat ke Makassar (Bag. 4)

Ini adalah hari kedua kami berada di Makassar. Rasanya belum sampai 3 jam kami memejamkan mata, kami harus bangun jam 3 pagi untuk sahur karena penginapan kami tidak menyediakan makanan untuk sahur. Dengan mata setengah mengantuk, kami pun berjalan keluar dari penginapan untuk mencari makanan. Kami berjalan menuju jalan ke arah pantai losari, tapi di sepanjang jalan yang kami temui adalah deretan pedagang pisang epe. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami menemukan deretan warung makan di seberang benteng rotterdam. Ternyata tempat ini cukup ramai dikunjungi ketika waktu sahur.

Agenda kami hari ini adalah mengunjungi kawasan Karst Rammang Rammang dan Air terjun Bantimurung. Untuk mengunjungi kedua tempat ini dan mengantarkan kami ke bandara nanti, kami menyewa sebuah mobil dengan harga sewa Rp 400.000,-. Sewa mobil ini kami dapatkan atas bantuan informasi dari resepsionis penginapan kami. Sesuai kesepakatan, hari ini kami akan dijemput jam 8 pagi di penginapan.

Usai sholat shubuh, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi pantai losari lagi. Meski matahari belum terbit, pantai ini sudah ramai dikunjungi orang. Banyak juga pedagang kaki lima yang bersiap membuka lapaknya di pinggir jalan. Di tepi pantai,terdapat dermaga tempat perahu-perahu berbentuk bebek bersandar. Kami pun mencoba naik perahu dengan harga Rp 10.000,-/orang.

Suasana pagi pantai Losari

Pukul 7 pagi, kami kembali ke penginapan dan siap-siap checkout dan menunggu mobil jemputan. Cuaca hari ini sangat cerah, dan kami berharap sepanjang hari ini akan tetap cerah. Pukul 8 pagi kami mulai perjalanan menuju tujuan pertama hari ini yaitu Rammang-Rammang. Menurut beberapa sumber di internet, kawasan karst rammang-rammang merupakan kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah China Selatan. Kawasan karst rammang-rammang, terletak di kabupaten Maros. Tapi menurut sopir yang mengantar kami, wilayah itu sudah masuk ke kabupaten Pangkep. Sekitar satu setengah jam perjalanan, kami sampai di tempat itu, dan ternyata sopir yang mengantar kami belum pernah  mengantar wisatawan ke sini. Setelah bertanya tanya dengan penduduk sekitar, kami diarahkan masuk ke sebuah jalan kecil. Sepanjang jalan, pemandangan indah terbentang dihadapan kami. Kombinasi sawah,padi-padi yang menguning, rawa serta gunung-gunung karst yang tinggi menjulang menyajikan panorama yang begitu menakjubkan. Sesekali kami melewati rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah panggung. Sebagian jalan rusak, dan semakin masuk ke dalam kerusakan jalan semakin parah. Hampir setengah jam kami melewati jalan kecil tersebut, tetapi belum ada tanda-tanda keberadaan sungai seperti yang kami lihat di beberapa artikel di internet. Kami hampir putus asa dan mengira kami salah jalan. Hingga kami tiba di tempat dimana jalan sudah tidak mungkin dilalui mobil lagi karena rusak parah. Kami pun turun dari mobil dan bertanya ke warga setempat. Menurut  seorang warga yang kami temui, kami masih harus berjalan sekitar satu kilometer dari tempat itu sampai ke jembatan rammang-rammang. Namun, kami harus berjalan kaki karena sejak hujan kemarin, jalan tanah tersebut tidak menjadi berlumpur dan tidak mungkin dilalui mobil. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang becek di bawah sinar matahari yang cukup terik. Namun kami tidak merasa lelah karena pemandangan alam yang indah. Setelah kurang lebih 15 menit berjalan, sampailah kami di sebuah sungai dan diatasnya terdapat jembatan bambu yang disebut jembatan rammang-rammang. Kami pun bertanya lagi ke warga setempat bagaimana cara menyewa kapal untuk menyusuri sungai tersebut. Menurut warga tersebut, biasanya wisatawan menyewa kapal dari dermaga yang letaknya dekat jalan besar. Itu artinya, seharusnya kami tidak perlu bersusah payah masuk ke jalan kecil yang rusak ini. Namun, kami justru senang karena nyasar ini, kalau lurus-lurus aja kan nggak seru ceritanya. Hehe. Kami pun segera kembali ke mobil dan kembali ke jalan yang benar eh jalan besar maksudnya.

Tidak jauh dari tempat kami masuk tadi, terdapat sebuah jembatan dan dibawah jembatan itulah dermaga rammang-rammang berada. Dermaga itu sangat sederhana, beberapa kapal bersandar disana. Menurut warga setempat, tempat ini memang belum mendapat perhatian dari pemda. Padahal, menurut informasi, di sana terdapat situ situs purbakala dan memiliki potensi pariwisata. Kami pun bertemu salah satu pemilik kapal dan menyewa kapal untuk mengantar kami menyusuri sungai dengan harga Rp 250.000,-.

Perjalanan menyusuri rammang rammang
Perjalanan menyusuri sungai dari dermaga hingga desa yang terletak paling dalam di rammang-rammang ditempuh dalam waktu setengah jam. Kami menyusuri sungai yang di sisi kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon nipah. Beberapa rumah warga tampak mengapung di pinggiran sungai dengan perahu-perahu kecil bersandar di sekitar rumah. Memang, perahu merupakan satu-satunya alat transportasi warga di daerah ini untuk menuju ke jalan raya.Tak jarang kami temui ibu-ibu yang baru pulang berbelanja di pasar dengan mendayung kapalnya sendiri, mereka begitu ramah tersenyum pada kami saat kapal kami berpapasan. Wow, berani sekali ibu-ibu ini, pikiran saya mulai memikirkan hal yang tidak-tidak, bagaimana kalau di tengah jalan tiba tiba bertemu buaya, atau kapalnya menabrak batuan karst, atau..ah sudahlah, back to the topic. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya kami disuguhi keasrian dan keindahan panorama alam gunung-gunung karst disisi kanan kiri dan rimbunnya pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang sungai. Di beberapa bagian sungai, batuan karst di sisi kanan dan kiri hampir bersentuhan sehingga membentuk semacam terowongan. Perjalanan kami berakhir di sebuah desa yang terletak paling dalam di sisi sungai itu. Desa tersebut letaknya dikelilingi gunung-gunung karst yang berdiri kokoh. Terdapat beberapa rumah yang tampak disana, di sekitar rumah terdapat, rawa-rawa, sawah dan hewan ternak milik warga. Kami turun dari kapal dan singgah di desa tersebut untuk berfoto-foto sekitar 30 menit. Kami benar-benar dibuat terpukau dengan apa yang ada di depan mata kami.

Pemandangan kawasan karst rammang rammang

Rasanya kami masih ingin lebih lama lagi bermain di desa tersebut, tetapi hari sudah siang dan kami masih punya satu agenda lagi, yaitu mengunjungi air terjun Bantimurung. Kami pun kembali naik kapal dan kembali ke dermaga. Perjalanan ini benar-benar membuat kami mengingat kebesaran Allah SWT dan bersyukur atas keindahan alam ciptaan-Nya.

(Bersambung...)

4 comments:

  1. ayo ditunggu lanjutan ceritanya lagi :)

    ReplyDelete
  2. Aku penasaran banget sama ramang2 ini, kayak nya wajib di datengin bulan depan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, rammang2 keren banget. wajib kesana :)
      bulan depan mau ke makassar?wah ditunggu cerita jalan2 nya ya..

      Delete

Hayo..yang udah baca tulisan ini wajib komen lho :)